Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Sulawesi Tenggara mencapai 22,7% pada 2022. Sulawesi Tenggara menempati peringkat ke-9 tertinggi secara nasional.
No | Wilayah | Nilai / % |
---|---|---|
1 | Kabupaten Buton Tengah | 41,6 |
2 | Kabupaten Bombana | 35,3 |
3 | Kabupaten Buton Selatan | 32,6 |
4 | Kabupaten Buton | 32,6 |
5 | Kab Konawe Kepulauan | 32,3 |
6 | Kabupaten Muna Barat | 31,7 |
7 | Kabupaten Muna | 31,3 |
8 | Kabupaten Buton Utara | 31,2 |
9 | Kabupaten Wakatobi | 29,9 |
10 | Kabupaten Konawe | 28,3 |
11 | Kabupaten Konawe Selatan | 28 |
12 | Kota Bau-Bau | 26 |
13 | Kabupaten Kolaka Utara | 24,8 |
14 | Kabupaten Kolaka Timur | 23,7 |
15 | Kabupaten Kolaka | 22,6 |
16 | Kabupaten Konawe Utara | 21,6 |
17 | Kota Kendari | 19,5 |
Meskipun angkanya masih tergolong tinggi, tapi Sulawesi Tenggara telah berhasil menurunkan angka balita stunting sebesar 7,5 poin dari tahun sebelumnya. Pada 2021, tercatat prevalensi balita stunting di provinsi ini sebesar 30,2%. Pada 2022, terdapat 11 kabupaten dengan prevalensi balita stunting di atas rata-rata angka provinsi. Sisanya, 6 kabupaten/kota di bawah angka rata-rata prevalensi balita stunting Sulawesi Tenggara.
Kabupaten Buton Tengah merupakan wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Sulawesi Tenggara pada 2022, yakni mencapai 41,6%. Angka tersebut turun 1,1 poin dari prevalensi balita stunting daerah tersebut pada 2021 sebesar 42,7%. Berikutnya, Kabupaten Bombana menempati peringkat kedua wilayah dengan prevalensi balita stunting terbesar di Sulawesi Tenggara sebesar 35,3%, diikuti Kabupaten Buton Selatan di peringkat ketiga sebesar 32,6%.
Adapun Kota Kendari memiliki prevalensi balita stunting terendah di Sulawesi Tenggara, yakni 19,5%. Lalu, posisinya disusul oleh Kabupaten Konawe Utara dengan prevalensi balita stunting sebesar 21,6%.
Berikut prevalensi balita stunting di Sulawesi Tenggara berdasarkan kabupaten-kota tahun 2022:
Kabupaten Buton Tengah: 41,6%
Kabupaten Bombana: 35,3%
Kabupaten Buton Selatan: 32,6%
Kabupaten Buton: 32,6%
Kabupaten Konawe Kepulauan: 32,3%
Kabupaten Muna Barat: 31,7%
Kabupaten Muna: 31,3%
Kabupaten Buton Utara: 31,2%
Kabupaten Wakatobi: 29,9%
Kabupaten Konawe: 28,3%
Kabupaten Konawe Selatan: 28%
Kota Bau-Bau: 26%
Kabupaten Kolaka Utara: 24,8%
Kabupaten Kolaka Timur: 23,7%
Kabupaten Kolaka: 22,6%
Kabupaten Konawe Utara: 21,6%
Kota Kendari: 19,5%
Upaya pencegahan stunting pada anak menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan warga masyarakat Indonesia. Stunting sendiri adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak balita akibat dari kekurangan gizi saat mereka dalam kandungan hingga dilahirkan kedunia. Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Melalui Perpres tersebut, pemerintah menargetkan penurunan prevalensi angka stunting dari 24,4 persen menjadi 14 persen di tahun 2024.
Masalah ini memang bukanlah hal yang sepele karena mengancam kualitas generasi penerus bangsa. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan telah mengangkat isu ini ke permukaan lewat tulisan yang diterbitkan di blog World Bank saat masih menjabat sebagai direktur pelaksana di sana.
Beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) bahkan ada yang menaruh perhatian khusus ke isu tersebut, salah satunya 1000 Days Fund. Tak hanya aktif menyebarkan informasi dan edukasi lewat sarana media sosial, organisasi ini juga turun langsung ke lapangan dalam membantu upaya penurunan stunting.
Mengapa isu stunting penting dan harus menjadi perhatian bersama?
Stunting bukan sekadar masalah kesehatan belaka. Hal ini menyangkut hak dasar setiap manusia untuk hidup sehat di mana pun mereka terlahir. Isu ini terkait juga dengan kesetaraan akses terhadap informasi kesehatan mendasar dan erat dengan kemiskinan.
Seseorang yang terkena stunting punya risiko lebih besar untuk terjebak dalam lingkaran kemiskinan karena kesulitan untuk berkompetisi dan mendapatkan lapangan pekerjaan. Contohnya, seorang anak yang stunting itu kurang cerdas dan mudah sakit sehingga mudah ketinggalan pelajaran di sekolah. Setelah dewasa, ia pun akan kesulitan mencari pekerjaan, dan akibatnya bisa terjebak dalam lingkar kemiskinan.
Apa yang harus kita ketahui tentang pencegahan stunting?
Tentu, kita sendiri harus paham apa itu stunting. Alasan pentingnya pencegahan dan cara mencegahnya. Hal ini dikenal juga dengan sebutan “3 Kunci Penting Pencegahan Stunting”. Ada enam cara mudah cegah stunting dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Beberapa perubahan kebiasaan atau perilaku yang perlu kita dorong di antaranya: 1) Ibu hamil agar rajin untuk minum tablet tambah darah dan memeriksakan kehamilan. 2) Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan oleh ibu dengan dukungan suami dan keluarga di rumah. 3) Makan makanan bergizi seimbang, dengan sayur dan protein hewani. 4) Hidup bersih dan sehat, dimulai dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah aktivitas luar dan sebelum makan. 5) Ibu hamil rajin mengikuti kelas kehamilan oleh bidan dan posyandu, dan selalu membawa anak ke posyandu setiap bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya.